Mengintip Tren Lari Liar di Jogja: Merek Rokok Jadi Ukuran
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Fenomena lari liar mendadak digandrungi anak muda. Tren itu terinspirasi dari balap liar yang sudah lama eksis di Indonesia. Bagaimana aksi para pelari menaklukan jalanan Jogja? Berikut laporan wartawan Harian Jogja Hery Setiawan.
Farhan memasang ancang-ancang. Kaki telanjangnya menumpu pada aspal. Sorot matanya tajam memandang lurus ke depan. Lawannya pun juga demikian. Jalan Anggajaya di Condongcatur, Sleman, yang lurus itu akan menjadi saksi cekatannya kaki-kaki mereka sebagai pelari amatir.
Advertisement
BACA JUGA: Tak Pakai Masker, Sejumlah PNS di Kulonprogo Dihukum Menyapu & Menyiram Tanaman
Remang lampu jalan dan lampu rumah warga berpendar menghiasi bahu jalan menjelang tengah malam. Meski terang, cahaya lampu tetap tak mampu mengalahkan gelap yang begitu dominan.
Sesekali kendaraan melintas membawa serta cahaya artifisial. Sekian detik kemudian lewat, lalu menjauh. Ruas jalan pun kembali gelap, sunyi melahap bising mesin perlahan-lahan.
Dua orang berjalan menuju ujung jalan lainnya. Mereka lalu melemparkan isyarat: jalanan sudah aman, sudah siap diinjak kaki-kaki para pelari liar. Sang wasit mengangkat tangan seraya berseru, “Siap?!”
BACA JUGA: Cegah Covid-19 Klaster Perkantoran, Bantul Gelar Uji Swab Massal di Sejumlah OPD
Seketika pelari pun mengangkat punggungnya. Sebuah posisi saat tumpuan kaki siap melontarkan tubuh layaknya akselerasi mobil: sekali tarik gas, langsung bablas!
Wasit pun mulai menghitung. Satu, dua, dan pada hitungan ketiga, wasit meniup peluit sebagai tanda lomba dimulai. Farhan dan lawannya pun langsung melesat. Riuh ringan para penonton terdengar. Untung, tak sampai menimbulkan gemuruh.
Farhan memulai lomba dengan apik. Ia mampu mendahului lawannya dalam waktu beberapa detik. Tampaknya, Farhan betul-betul memaksimalkan otot-otot kakinya. Kelebihan itu ia pakai untuk mencicil kemenangan sejak awal lomba.
BACA JUGA: Hasil Penelitian, Merokok Terbukti Tingkatkan Masalah Kecemasan
Farhan berhasil menyentuh garis akhir (yang tak kentara itu). Sementara lawannya baru menyusul beberapa detik kemudian. “Sudah menang tiga kali itu,” seorang penonton berkata.
Hari itu, Selasa (15/9/2020), Farhan mendapat tiga penantang. Semuanya bernasib sama: kalah dan tak mampu menandingi kecepatannya. Dengan bangga ia juga bilang, “Ya, kalau ada yang mau ngajak lari lagi, saya siap.”
Farhan mengatakan popularitas balap lari liar sudah mulai merangkak sejak sepekan terakhir. Ia tak tahu persis siapa yang memulai. Namun, beredarnya video lari liar di Tambun, Bekasi, mengilhami kegiatan serupa di daerah lain, salah satunya di Jogja.
BACA JUGA: Benarkah Perempuan Lebih Overthinking dari Laki-laki? Studi Ini Membuktikannya
Di saat bersamaan, sebuah akun Instagram @lariliar.yk muncul. Akun tersebut, kata Farhan, menjadi perantara bagi pelari yang ingin mencari lawan tanding.
Pelari liar hanya perlu mengunggah foto dirinya beserta spesifikasi. Menurut Farhan, penulisan spesifikasi itulah yang membuat lari liar begitu unik, kendati hanya untuk tujuan canda semata. Spesifikasi pelari hanya terdiri dari berat badan, tinggi badan, serta kondisi paru-paru yang diwakilkan dengan sejumlah merek rokok.
Pada prinsipnya, akun Instagram tersebut hanya mempertemukan pelari liar secara daring. Soal tempat tanding, itu jadi kesepakatan masing-masing pelari. Jadi bisa dikatakan bahwa kegiatan semacam ini, seharusnya tidak melahirkan kerumunan dalam jumlah besar.
BACA JUGA: Masker Scuba dan Masker Buff Tidak Efektif Mencegah Covid-19, Ini Penjelasannya
Namun, kata Farhan, pernah suatu hari kegiatan lari liar mengundang massa dalam jumlah banyak. “Mungkin ratusan,” katanya. Sampai-sampai, kegiatan itu dibubarkan oleh kepolisian.
Sabtu (11/9/2020), ratusan orang berkumpul di Jalan Kaliurang. Farhan mengatakan suasananya ramai sekali. Ada pelari liar, ada pula penonton. Sebagian dari mereka datang buka semata ingin berlari atau menonton. Tak sedikit dari mereka yang memasang taruhan. “Biasanya ya uang, ratusan ribu,” katanya.
Ia berpendapat seharusnya lari liar tak perlu dibubarkan oleh kepolisian. Ada banyak hal positif yang bisa didapatkan. Selain kesehatan tentunya, lari liar juga terbukti memperluas jaringan pertemanan.
BACA JUGA: Covid-19 Telah Menginfeksi 30 Juta Orang di Seluruh Dunia
Senada dengan Farhan, Herdian, 23, seorang pemilik warung kopi di bilangan Condongcatur juga mengatakan hal yang sama. Lari liar tidak seharusnya menjadi target pembubaran kepolisian.
Lari liar tak selalu diadakan di jalan besar seperti Jalan Kaliurang. Lokasi mana pun sebenarnya sah-sah saja untuk dijadikan arena lomba. Dengan catatan, situasinya sudah terbilang sepi agar lari liar tak mengganggu aktivitas warga lainnya.
BACA JUGA: Polisi Susuri Jalan Malioboro Imbau Warga Patuhi Protokol Kesehatan
“Maka dari itu, lari liar biasanya pada malah hari. Jam 11 malam lah. Karena waktu itu kan biasanya jalanan sudah sepi. Tinggal bilang aja, ‘Pak numpang lari’,” katanya.
Warung kopi Herdian cukup sering jadi lokasi pilihan pelari liar untuk unjuk gigi. Lokasinya yang berdekatan dengan rumah warga tak jadi soal. Sebab, warga sekitar pun juga tak keberatan.
Herdian melihat minat warga terhadap olahraga mendadak naik sejak pandemi Covid-19. Ia pun ruang untuk tren lari liar. Bahkan Herdian bersedia memberikan secangkir kopi buat pemenang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- SBY Optimistis Lavani Mampu Pertahankan Gelar Juara Proliga pada 2023
- Jelang IBL 2023, Pelatih Dewa United Tak Sabar Menanti Kehadiran Anthony Johnson dan Ramon Galloway
- Viktor Axelsen Jadi Atlet Bulu Tangkis Terkaya
- Alasan Dovizioso Ogah Coba WSBK Usai Pensiun
- Hadapi 2023, Fajar/Rian Siapkan Mental
Advertisement
Man City Perpanjang Kontrak Pep Guardiola, Haaland: Dia Manajer Terbaik di Dunia
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement